Kamis, 08 Januari 2015

Bersatu Kita Teguh, Bercerai Kita Runtuh



KHOTBAH
Bahan Bacaan: Roma 15:1-13
Tema               :  Bersatu Kita Teguh, Bercerai Kita Runtuh

Pendahuluan
Syalom saudara yang terkasih dalam Tuhan kita Yesus Kristus, sebelum kita membahas perenungan kita pada pagi hari ini saya ingin memberikan ilustrasi. Pada suatu hari ada percakapan antara mulut, otak, perut dan jantung. Kata otak  kepada mulut “ aku itu lebih berharga dari kamu, karena aku yang lebih dibutuhkan, kalau tidak ada aku kamu tidak dapat berbicara apa-apa”, kemudian mulut membalas dengan mengatakan “ sama saja, kalau tidak ada aku, kamu juga tidak berguna, karena aku yang paling di butuhkan saat berkomunikasi dengan orang lain”, kemudian datanglah si perut dan dia mengatakan “ yang paling penting itu aku, karena tanpa aku kalian tidak dapat berpikir dan berbicara, kemudian datanglah jantung “tunggu dulu, tanpa aku kalian semua mati dan tidak dapat berbuat apa-apa”. Dari ilustrasi di atas memperlihatkan bahwa kesatuan antara anggota tubuh itu sangatlah penting, Apa jadinya jika salah satu anggota tubuh itu tidak berfungsi? Tentu akan mempengaruhi anggota tubuh yang lain, oleh sebab itu anggota tubuh tidak sebaiknya untuk saling merendahkan . Anggota tubuh itu sama seperti anggota Jemaat yang dipersatukan oleh tubuh Kristus. Sebaiknya saling bekerja sama untuk menjalankan fungsi masing-masing sebagai anggota Kristus bukan saling menjatuhkan atau membanggakan dirinya. Pada  perenungan kita pada hari ini saya memberi tema “Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh”
Isi
Saudara-saudara yang terkasih, pembacaan kita pada pagi hari ini ingin menyampaikan kepada kita agar di antara kita tidak boleh ada perpecahan. Kita harus menjadi satu di dalam Kristus. Bagaimana caranya? Orang yang kuat harus menguatkan orang yang lemah. Orang kuat yang seperti apa? Orang yang kuat secara rohani maupun orang yang kuat secara materi, harus menolong atau membantu orang yang lemah secara rohani maupun materi. Fokus perenungan kita pada saat ini yaitu “bagaimana agar kita dapat membentuk persekutuan yang memuliakan Allah”.
Teks ini dituliskan oleh Paulus untuk jemaat di Roma. Paulus menuliskan surat ini untuk menasehati Jemaat Roma yang sedang mengalami permasalahan. Paulus menyampaikan agar dalam Jemaat tidak ada perpecahan. Dalam Jemaat ini ada kelompok yaitu orang Yahudi dan orang non-Yahudi, ada golongan yang kuat dan ada golongan yang lemah. Paulus ingin agar setiap jemaat dapat bersatu, menghindari perpecahan dalam Jemaat dan mereka harus membentuk persekutuan yang berkenan di hadapan Tuhan. Demikian kita juga sebagai Jemaat di tempat ini, kita harus dapat menciptakan persekutuan yang berkenan dan memuliakan Allah.  Bagaimana agar kita membentuk persekutuan yang memuliakan Allah?
ü  Kita harus mengetahui kewajiban-kewajiban kita dengan sesama dan terutama kewajiban mereka yang kuat terhadap yang lemah. Jadi ada tanda-tanda yang menjadi kekhasan  persekutuan Kristen yang harus menjadi tanda bagi persekutuan kita juga.
1.      Persekutuan Kristen ditandai dengan saling memperhatikan. Orang yang kuat harus membantu
yang lemah. Jangan kita mencari kesenangan kita sendiri (ayat 1). Tujuannya adalah untuk kebaikan mereka dalam membangun imannya (ayat 2). Jadi bukan karena kesenangan diri sendiri tetapi untuk kesenangan sesama yaitu orang lain atau tepatnya mencari kesenangan sesama.  Bukannya karena kita memberikan toleransi maka orang yang lemah bermalas-malasan tetapi lebih mudah memenangkan orang dengan kasih daripada kritikan-kritikan tajam yang malah membuat orang jatuh.  
2.      Penyelidikan Alkitab (ayat 4) jadi melalui penyelidikan Alkitab ini kita akan mendapatkan semangat. Melalui Alkitab kita memperoleh pelajaran, Alkitab menyaksikan bahwa jalan Allah tidak selamanya gampang tetapi pada akhirnya itulah satu-satunya jalan kehidupan yang berarti. Alkitab memberikan janji-janji Allah yang besar. Alkitab memberikan kekuatan bagi orang-orang yang mempelajarinya dan semangat dalam berjuang.  Dengan begitu kita akan mengerti kasih Allah dalam kehidupan kita.
3.      Ketabahan ini penting karena ketabahan adalah suatu sikap hati terhadap kehidupan. Kata ini mempunyai arti lebih dari kesabaran, yaitu sikap menanggung hidup dengan keberanian; suatu kekuatan yang tidak hanya menerima, melainkan dapat mengubah hal yang diterima itu menjadi kemuliaan.
4.      Persekutuan Kristen juga ditandai pengharapan, orang Kristen harus relasistis tapi tidak pernah pesimis. Pengharapan Kristen bukanlah pengharapan murahan. Bukan pengharapan tanpa dasar optimis, karena belum melihat kesulitan-kesulitan yang mungkin akan dijumpai dalam pengalaman-pengalaman hidup ini. Pengharapan Kristen melihat segala sesuatu dengan tidak putus asa karena beriman pada Allah. Pengharapan bukanlah pengharapan kepada roh manusia dan kebaikan manusia tetapi pengharapan pada kuasa Allah.
5.      Persekutuan Kristen harus ditandai dengan Keserasian. Semuanya persekutuan jika tidak adanya kesatuan berarti bukan persekutuan Kristen. Bagaiamanapun lengkapnya hiasan gereja, bagaimanapun sempurnanya ibadah dan musiknya, bagaimanapun banyaknya persembahan semuanya tidak akan menandai persekutuan Kristen jika tidak ada harmoni/keserasian.  Bukan berarti tidak akan ada perbedaan, perdebatan atau perbentahan; melainkan kita yang ada dalam persekutuan Kristen akan menyelesaikan kehidupan ini bersama-sama. Kita yakin bahwa Kristus yang mempersatukan kita adalah jauh lebih besar daripada perbedaaan yang memisahkan kita.

            Hal yang terutama adalah bahwa Kristus sebagai teladan persekutuan Kristen. Bahwa Kristus tidak menyenangkan diri-Nya sendiri (ayat 3), Ia menanggung kita manusia yang lemah. Demikian kita juga sebagai Jemaat persekutuan Kristen, kita harus bisa menjadi satu, untuk melayani Tuhan. Orang yang kuat harus menanggung dan membantu orang yang lemah (orang yang kuat secara rohani maupun materi). Misalnya: kita aktif kegiatan-kegiatan gereja dan kebaktian-kebaktian kemudian ada tetangga kita yang tidak pernah ke gereja, mungkin ke gereja sekali setahun. Jangan sampai kita mengejek atau menegur dengan keras dia. Tetapi kita mungkin yang sudah aktif bisa memanggilnya dengan baik-baik dan menceritakan tentang kebenaran Tuhan kepada dia, mengajak dia dengan kasih.  Ketika kita juga melihat orang yang kurang mampu kita harus bisa lebih peka dan membantu mereka yang membutuhkan bantuan kita.Jangan kita cuek atau bahkan bermasa bodoh dengan mereka. Jadi, saat ini kita harus lebih peka melihat saudara-saudara kita. Rangkul mereka dengan cinta dan kasih. Sehingga dengan demikian kita dapat bersama-sama berjalan bersama Kristus, menjadi teladan bagi semua orang yang ada di sekitar kita.

ü  Gereja Tuhan adalah gereja segala bangsa. Surat Paulus juga ingin mengingatkan kepada orang Yahudi agar menerima orang yang non-Yahudi karena Yesus datang ke dunia untuk semua orang. Paulus menegaskan supaya gereja terikat menjadi satu, supaya orang yang lemah imannya dan yang kuat bisa dipersatukan menjadi satu tubuh. Begitu juga kita saat ini, kita harus
Saling menerima satu dengan yang lain. “15:7”Sebab itu terimalah satu akan yang lain, sama seperti Kristus juga telah menerima kita, untuk kemuliaan Allah. 15:8 Yang aku maksudkan ialah, bahwa oleh karena kebenaran Allah Kristus telah menjadi pelayan orang-orang bersunat untuk mengokohkan janji yang telah diberikan-Nya kepada nenek moyang kita. Menerima seperti Kristus telah menerima kita, siapakah kita ini? bukannya kita sama dengan yang lain? Amat disayangkan jika kita menganggap diri kita lebih daripada orang lain sehingga memandang orang lain rendah dan tidak mau menerimanya. Kita sebagai satu tubuh di dalam Kristus harus mengikuti teladan Kristus. Kita harus menerima orang lain sama seperti Kristus telah menerima kita semua. Orang yang kuat imannya harus menerima orang yang lemah imannya, orang yang kuat secara materi harus menerima orang yang lemah secara materi. Dengan begitu kita dapat menjadi satu tidak tercerai berai karena dengan bersatu kita akan tetap teguh dalam Kristus.


ü  Penutup
Saudara yang terkasih dalam Tuhan kita Yesus Kristus, marilah bersama-sama kita mengambil komitmen. Bahwa kita sebagai Jemaat yang satu di dalam Kristus, kita tidak akan membiarkan saudara-saudara kita  menanggung kelemahannya sendiri karena kita yang akan merangkul mereka, menguatkan mereka, menolong, dan menerima mereka sehingga  kita dapat berjalan bersama-sama dalam terang kasih Allah dan menjadi persekutuan Kristen yang sejati, yang memuliakan Allah. Tuhan Yesus memberkati

Ini Khotbah saya yang pertama :) Kiranya bermanfaat bagi saudara-saudara.. :)



KHOTBAH
Tema   : Menjadi Pelaku Perkataan Yesus
Teks    : Matius 7 : 24-27

Pendahuluan
            Syalom jemaat yang terkasih dalam Tuhan kita Yesus Kristus, sebelum membahas perenungan kita pada hari ini, saya ingin bertanya kepada kita semua; sudah berapahkalikah kita telah mendengar firman Tuhan? Mungkin ada yang seribu kali, seratus kali, atau sepuluh kali? Saya tidak tahu berapa kalikah kita telah mendengar firman Tuhan yang telah disampaikan setiap minggunya bagi kita semua, dari kecil bahkan sampai kita dewasa. Tapi menurut saya itu tidaklah terlalu penting.  Bagi saya yang penting ialah dari sekian banyak khotbah yang telah kita dengar, seberapa banyakkah kita telah melakukan firman Tuhan itu? Inilah pertanyaan untuk perenungan kita.

Isi
Jemaat yang terkasih dalam Tuhan kita Yesus Kristus, fokus pembacaan kita pada hari ini ialah mengenai sebuah perumpamaan yang diberikan oleh Tuhan Yesus pada saat Ia menutup pengajaranNya di sebuah bukit, yang di awali dari pasal 5 sampai kepada pasalnya yang terakhir ini berisikan pengajaran-pengajaran yang praktis bagi kehidupan orang yang percaya kepadaNya. Di dalam perumpamaan ini Tuhan Yesus memberikan gambaran mengenai dua orang yang membangun rumah. Jadi fokus pada bagian ini bukan pada bentuk rumah atau pada tipe rumah yang dibangun atau juga bukan pada megah dan indah-Nya rumah tersebut. Tetapi  dua pribadi yang membangun rumah, oleh karena itu kita akan belajar dari dua karakter atau pribadi dua orang tersebut. Dalam hal membangun sebuah rumah.
Di dalam perumpamaan dijumpai dua karakter pembangun rumah.
-  Pembangun rumah pertama menyadari bahwa penetapan fondasi menentukan masa depan rumah (ayt.24). : Orang itu mendirikan rumahnya di atas batu karena menyadari akan datangnya hujan, banjir dan angin. Oleh karena itu dia membuat keputusan untuk membangun rumah di atas batu merupakan keputusan yang sangat tepat. Karakter pembangun rumah pertama disebut bijaksana karena menyadari masa depan rumah yang dibangunnya ditentukan dari sekarang. Pembangun rumah pertama dikatakan bijaksana karena melihat jauh ke depan dan tidak terbatas pada keadaan masa kini. Mungkin keadaan masa kini aman-aman saja, tidak ada angin, dan juga badai. Namun ia dapat melihat bukan keadaan masa kini saja, tetapi masa depan yang belum terlihat olehnya. Dan terbukti kebijaksanaannya terlihat saat rumah yang dibangunnya mampu mengantisipasi datangnya berbagai bencana yang akan melanda rumahnya. Hal-hal yang akan menghancurkan rumah sudah diperhitungkan sejak awal ia membangun rumah. Fondasi rumah yang dipilih sekarang menentukan akhir sejarah rumah yang dibangun. Fondasi rumah yang kokoh mampu memberi respons tepat ketika datang hujan dan badai. Rumah mampu bertahan menghadapi hujan, banjir dan angin dan berdiri teguh karena fondasi yang kuat mampu mendukung beban berat yang ditimbulkannya. Inilah alasan mengapa pembangun pertama memilih fondasi batu untuk dasar rumahnya. Artinya ialah karakter bijaksana membangun rumahnya di atas fondasi batu untuk mengantisipasi datangnya krisis.
- Berbeda dengan karakter pertama, karakter kedua membangun rumahnya di atas pasir (ayt. 26).
Pembangun rumah kedua tidak merasa perlu membangun rumah di atas batu karena tidak merasa perlu memperhitungkan adanya bencana. Penglihatannya terbatas pada masa pembangunan rumah saja. Ia tidak melihat perlunya persiapan menghadapi bencana. Datangnya hujan, badai dan angin tidak diantisipasi dari awal. Ia tidak merasa perlu melakukan persiapan menghadapi krisis yang akan terjadi di kemudian hari. Oleh karena itu ia tidak memilih fondasi batu tetapi fondasi pasir sebagai dasar bagi bangunan rumahnya. Memang benar ketika suasana biasa-biasa saja rumah itu teguh berdiri seperti rumah yang pertama, namun hal itu akan teruji ketika bencana menerpa rumah tersebut. Karakter kedua membangun rumah diatas fondasi pasir yang jika diketahui merupakan  fondasi yang sangat lemah dan akan menghancurkan rumah saat diterpa hujan, badai dan angin. Inilah mengapa karakter kedua disebut bodoh. Ia bodoh  karena memilih pasir sebagai fondasi rumahnya. Tanpa hujan, badai dan angin kedua rumah tegak berdiri sama, namun ketika angin dan badai datang, rumah tersebut hancur berantakan karena tidak memiliki fondasi yang kuat untuk mempertahankan rumahnya. Oleh karena itu Karakter kedua disebut bodoh karena ia menutup mata terhadap datangnya krisis di masa depan. Ia tidak mengantisipasi datangnya masa depan dengan baik.
Relevansi
Jemaat Tuhan, kita dapat melihat 2 karakter dalam perumpamaan pembangun rumah yang disebut orang bijaksana atau orang bodoh karena perbedaan melihat masa depan. Orang yang bijaksana membangun di atas batu, sedang yang bodoh membangun diatas pasir. Perbedaan dasar keduanya baru terungkap ketika bencana melanda masing-masing rumah yang dibangun. Di samping perbedaan antara karakter bodoh dan bijaksana, persamaan keduanya juga terlihat. Mereka sama-sama membangun rumah. Nampaknya kualitas bangunan keduanya tidak berbeda. Kedua rumah berdiri tegak sampai hujan, badai dan angin datang menerpa kedua rumah. Rumah orang bodoh hancur disebabkan fondasinya. Rumah orang bijaksana tetap teguh. Bijaksana karena memperhitungkan adanya bencana di masa depan. Bijaksana karena mempersiapkan diri menghadapi bencana dan bodoh karena mengabaikan kemungkinan adanya bencana.
 Kira-kira jika saya bertanya kepada setiap kita, karakter manakah yang saudara pilih, atau karakter manakah yang kita miliki, tentu dari beberapa kita ada yang ahli bangunan, sehingga ia pasti tahu karakter mana yang benar. Jemaat yang terkasih, mengikut Tuhan bukanlah sesuatu yang mudah, barang siapa yang mau mengikut Aku ia harus memikul salibku.... Tuhan tidak menjanjikan sukacita di dunia ini, tetapi ia memberikan anda dan saya hadiah yang begitu mulia, yaitu salib. Setiap orang yang mau memikul salib ialah mereka yang mau melakukan firman itu di dalam hidupnya sehari-hari. Baik pada saat kita bekerja dan berusaha, lakukanlah firman itu..jangan sampai kesibukan kita, baik itu ke ladang, bertani, atau kegiatan lainnya membuat kita lupa dengan firman Tuhan, maka jelas jika kita sampai lupa Tuhan, yang kita kerjakan ialah untuk kepuasan diri kita sendiri dan keinginan yang lain, yaitu harta yang menguasai kita. Jemaat yang terkasih  mendengarkan khotbah Yesus menuntut suatu jawaban dalam bentuk tindakan nyata. Khotbah Yesus bukan untuk didengar saja, tetapi terutama untuk dilakukan dalam kehidupan di dunia. Perkataan Yesus yang didengar harus diterjemahkan ke dalam bentuk perbuatan sehari-hari. .Ini juga respons yang diharapkan muncul dalam hidup murid Yesus dan orang-orang yang mengikutNya setelah mendengar khotbah-Nya. Hanya dengan melakukan perkataan Yesus seorang murid dapat mengarungi bahtera kehidupan dengan selamat dan bahagia karena memiliki fondasi yang kuat. Perkataan Yesus harus  diubah menjadi perbuatan, inilah fondasi utamanya. Perubahan  perkataan menjadi perbuatan bagaikan perahu yang membawa murid Yesus melintasi ganasnya gelombang samudera kehidupan raya menuju pelabuhan kehidupan yang berhasil dan sukacita. Jika perkataan tidak diubah menjadi perbuatan, maka manusia akan tenggelam dihempas badai topan kehidupan. Perumpamaan pembangun rumah pada akhir Khotbah Yesus di bukit memberikan kita pesan bahwa pelaku perkataan Yesus akan bertahan menghadapi gelombang kehidupan dalam perjalanannya mengikut Yesus karena ia berdiri pada pondasi yang teguh. Ia teguh berdiri karena tempatnya berpijak tidak lain adalah hidup yang melakukan perkataan Yesus.
 Tentunya hal ini tidak mudah, bagaimana kita bisa melakukan perkataan Yesus, sungguh sulit bukan, apakah saya dapat memaafkan dia, apakah saya harus jujur kepadanya, apakah saya tidak boleh mendendam, apakah saya tidak boleh marah, jemaat Tuhan, ini Sungguh sangat sulit namun jika kita mau terus mencoba dan berlatih maka kita akan bisa melakukan perkataan Yesus.” Sama seperti kehidupan manusia lainnya, latihan menjadi kunci keberhasilan. Atlet yang ingin sukses meraih medali emas atau memecahkan rekor dunia harus berlatih keras. Musisi yang handal lahir melalui latihan keras yang dijalaninya”. Demikian juga halnya dengan kehidupan rohani. Latihan rohani yang terus menerus membawa seseorang ke tingkat spiritualitas atau tingkat kerohanian yang lebih dalam. Itu karena ia terus membagi waktu untuk membaca dan merenungkan Firman Tuhan itu, sehingga ia dapat melakukannya. Saudara –saudari, salah seorang tokoh terbesar “Hindu yang berasal dari India, Mahatma Gandhi, dia merupakan seorang tokoh yang turut menyebarkan  agama hindu, beberapa waktu sebelum ia meninggal, ia sempat di panggil untuk memberikan ceramah di sebuah universitas nomor satu di Amerika, setelah selesai ceramah, ia di tanya oleh seorang mahasiswa, ia bertanya “ Bapak Gandhi, kenapa hampir seluruh ajaran anda, anda memakai khotbah di bukit sebagai dasar ajaran anda, dan kenapa anda tidak menjadi Kristen saja???...... ia langsung terdiam sesaat.... lalu ia kembali melihat mahasiswa itu dan berkata...”untuk menjadi pengikut Kristus...saya tidak perlu menjadi Kristen.... saudara  kenapa dia berkata seperti itu, memang dia adalah pengikut Kristus, namun ia kecewa dengan orang – orang Kristen Inggris yang menjajah pada saat itu di India, dia tidak di ijinkan masuk ke gereja hanya karena ia miskin dan kulitnya beda, sejak itu ia benci dengan orang Kristen, Saudaraku kita memang berkata bahwa kita adalah orang Kristen, tapi pertanyaannya adalah hidup kita sudahkah sesuai dengan kata Kristen itu, kata Kristen itu berarti pengikut Kristus, di dalam ayat yang sebelumnya berkata ayat 21. “ Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku, Tuhan, Tuhan! Akan masuk ke dalam kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga!

Penutup
            Jemaat yang terkasih dalam Tuhan kita Yesus Kristus, marilah kita bersama mengambil komitmen. Tidak boleh ada fondasi apapun yang menjadi dasar bangunan rohani kita selain Yesus dan firman-Nya. Mungkin selama ini kita hidup dengan mengandalkan perkataan-perkataan bijak orang dunia, pengalaman orang lain bahkan kekuatan diri kita sendiri. Berhenti bersandar pada semuanya itu. Bacalah firman Tuhan setiap saat, setiap waktu. Dan lakukanlah firman Tuhan itu dalam kehidupan kita. Maka ketika badai sebesar apapun datang menerpa kita, kita akan tetap kokoh berdiri di hadapan Tuhan dan tetap melayani-Nya. Tuhan Yesus memberkati