KHOTBAH
Tema : Menjadi Pelaku Perkataan Yesus
Teks : Matius 7 : 24-27
Pendahuluan
Syalom jemaat yang terkasih dalam
Tuhan kita Yesus Kristus, sebelum membahas perenungan kita pada hari ini, saya
ingin bertanya kepada kita semua; sudah berapahkalikah kita telah mendengar
firman Tuhan? Mungkin ada yang seribu kali, seratus kali, atau sepuluh kali?
Saya tidak tahu berapa kalikah kita telah mendengar firman Tuhan yang telah
disampaikan setiap minggunya bagi kita semua, dari kecil bahkan sampai kita dewasa.
Tapi menurut saya itu tidaklah terlalu penting. Bagi saya yang penting ialah dari sekian
banyak khotbah yang telah kita dengar, seberapa banyakkah kita telah melakukan
firman Tuhan itu? Inilah pertanyaan untuk perenungan kita.
Isi
Jemaat yang terkasih dalam Tuhan
kita Yesus Kristus, fokus pembacaan kita pada hari ini ialah mengenai sebuah
perumpamaan yang diberikan oleh Tuhan Yesus pada saat Ia menutup pengajaranNya
di sebuah bukit, yang di awali dari pasal 5 sampai kepada pasalnya yang
terakhir ini berisikan pengajaran-pengajaran yang praktis bagi kehidupan orang
yang percaya kepadaNya. Di dalam perumpamaan ini Tuhan Yesus memberikan
gambaran mengenai dua orang yang membangun rumah. Jadi fokus pada bagian ini
bukan pada bentuk rumah atau pada tipe rumah yang dibangun atau juga bukan pada
megah dan indah-Nya rumah tersebut. Tetapi
dua pribadi yang membangun rumah, oleh karena itu kita akan belajar dari
dua karakter atau pribadi dua orang tersebut. Dalam hal membangun sebuah rumah.
Di dalam perumpamaan dijumpai dua
karakter pembangun rumah.
-
Pembangun rumah pertama
menyadari bahwa penetapan fondasi menentukan masa depan rumah (ayt.24).
: Orang itu mendirikan rumahnya di atas batu karena menyadari akan datangnya
hujan, banjir dan angin. Oleh karena itu dia membuat keputusan untuk membangun
rumah di atas batu merupakan keputusan yang sangat tepat. Karakter pembangun
rumah pertama disebut bijaksana karena menyadari masa depan rumah yang
dibangunnya ditentukan dari sekarang. Pembangun rumah pertama dikatakan
bijaksana karena melihat jauh ke depan dan tidak terbatas pada keadaan masa
kini. Mungkin keadaan masa kini aman-aman saja, tidak ada angin, dan juga badai.
Namun ia dapat melihat bukan keadaan masa kini saja, tetapi masa depan yang
belum terlihat olehnya. Dan terbukti kebijaksanaannya terlihat saat rumah yang
dibangunnya mampu mengantisipasi datangnya berbagai bencana yang akan melanda
rumahnya. Hal-hal yang akan menghancurkan rumah sudah diperhitungkan sejak awal
ia membangun rumah. Fondasi rumah yang dipilih sekarang menentukan akhir
sejarah rumah yang dibangun. Fondasi rumah yang kokoh mampu memberi respons
tepat ketika datang hujan dan badai. Rumah mampu bertahan menghadapi hujan,
banjir dan angin dan berdiri teguh karena fondasi yang kuat mampu mendukung
beban berat yang ditimbulkannya. Inilah alasan mengapa pembangun pertama
memilih fondasi batu untuk dasar rumahnya. Artinya ialah karakter bijaksana
membangun rumahnya di atas fondasi batu untuk mengantisipasi datangnya krisis.
-
Berbeda dengan karakter pertama, karakter kedua membangun rumahnya di atas
pasir (ayt. 26).
Pembangun rumah kedua tidak
merasa perlu membangun rumah di atas batu karena tidak merasa perlu
memperhitungkan adanya bencana. Penglihatannya terbatas pada masa pembangunan
rumah saja. Ia tidak melihat perlunya persiapan menghadapi bencana. Datangnya
hujan, badai dan angin tidak diantisipasi dari awal. Ia tidak merasa perlu
melakukan persiapan menghadapi krisis yang akan terjadi di kemudian hari. Oleh
karena itu ia tidak memilih fondasi batu tetapi fondasi pasir sebagai dasar
bagi bangunan rumahnya. Memang benar ketika suasana biasa-biasa saja rumah itu
teguh berdiri seperti rumah yang pertama, namun hal itu akan teruji ketika
bencana menerpa rumah tersebut. Karakter kedua membangun rumah diatas fondasi
pasir yang jika diketahui merupakan fondasi
yang sangat lemah dan akan menghancurkan rumah saat diterpa hujan, badai dan
angin. Inilah mengapa karakter kedua disebut bodoh. Ia bodoh karena memilih pasir sebagai fondasi rumahnya.
Tanpa hujan, badai dan angin kedua rumah tegak berdiri sama, namun ketika angin
dan badai datang, rumah tersebut hancur berantakan karena tidak memiliki
fondasi yang kuat untuk mempertahankan rumahnya. Oleh karena itu Karakter kedua
disebut bodoh karena ia menutup mata terhadap datangnya krisis di masa depan. Ia
tidak mengantisipasi datangnya masa depan dengan baik.
Relevansi
Jemaat Tuhan, kita dapat melihat
2 karakter dalam perumpamaan pembangun rumah yang disebut orang bijaksana atau
orang bodoh karena perbedaan melihat masa depan. Orang yang bijaksana membangun
di atas batu, sedang yang bodoh membangun diatas pasir. Perbedaan dasar
keduanya baru terungkap ketika bencana melanda masing-masing rumah yang
dibangun. Di samping perbedaan antara karakter bodoh dan bijaksana, persamaan
keduanya juga terlihat. Mereka sama-sama membangun rumah. Nampaknya kualitas
bangunan keduanya tidak berbeda. Kedua rumah berdiri tegak sampai hujan, badai
dan angin datang menerpa kedua rumah. Rumah orang bodoh hancur disebabkan
fondasinya. Rumah orang bijaksana tetap teguh. Bijaksana karena memperhitungkan
adanya bencana di masa depan. Bijaksana karena mempersiapkan diri menghadapi
bencana dan bodoh karena mengabaikan kemungkinan adanya bencana.
Kira-kira jika saya bertanya kepada setiap
kita, karakter manakah yang saudara pilih, atau karakter manakah yang kita
miliki, tentu dari beberapa kita ada yang ahli bangunan, sehingga ia pasti tahu
karakter mana yang benar. Jemaat yang terkasih, mengikut Tuhan bukanlah sesuatu
yang mudah, barang siapa yang mau mengikut Aku ia harus memikul salibku....
Tuhan tidak menjanjikan sukacita di dunia ini, tetapi ia memberikan anda dan
saya hadiah yang begitu mulia, yaitu salib. Setiap orang yang mau memikul salib
ialah mereka yang mau melakukan firman itu di dalam hidupnya sehari-hari. Baik
pada saat kita bekerja dan berusaha, lakukanlah firman itu..jangan sampai
kesibukan kita, baik itu ke ladang, bertani, atau kegiatan lainnya membuat kita
lupa dengan firman Tuhan, maka jelas jika kita sampai lupa Tuhan, yang kita
kerjakan ialah untuk kepuasan diri kita sendiri dan keinginan yang lain, yaitu
harta yang menguasai kita. Jemaat yang terkasih
mendengarkan khotbah Yesus menuntut suatu jawaban dalam bentuk tindakan
nyata. Khotbah Yesus bukan untuk didengar saja, tetapi terutama untuk dilakukan
dalam kehidupan di dunia. Perkataan Yesus yang didengar harus diterjemahkan ke
dalam bentuk perbuatan sehari-hari. .Ini juga respons yang diharapkan muncul
dalam hidup murid Yesus dan orang-orang yang mengikutNya setelah mendengar khotbah-Nya.
Hanya dengan melakukan perkataan Yesus seorang murid dapat mengarungi bahtera
kehidupan dengan selamat dan bahagia karena memiliki fondasi yang kuat.
Perkataan Yesus harus diubah menjadi
perbuatan, inilah fondasi utamanya. Perubahan
perkataan menjadi perbuatan bagaikan perahu yang membawa murid Yesus
melintasi ganasnya gelombang samudera kehidupan raya menuju pelabuhan kehidupan
yang berhasil dan sukacita. Jika perkataan tidak diubah menjadi perbuatan, maka
manusia akan tenggelam dihempas badai topan kehidupan. Perumpamaan pembangun
rumah pada akhir Khotbah Yesus di bukit memberikan kita pesan bahwa pelaku
perkataan Yesus akan bertahan menghadapi gelombang kehidupan dalam
perjalanannya mengikut Yesus karena ia berdiri pada pondasi yang teguh. Ia
teguh berdiri karena tempatnya berpijak tidak lain adalah hidup yang melakukan
perkataan Yesus.
Tentunya hal ini tidak mudah, bagaimana kita
bisa melakukan perkataan Yesus, sungguh sulit bukan, apakah saya dapat
memaafkan dia, apakah saya harus jujur kepadanya, apakah saya tidak boleh
mendendam, apakah saya tidak boleh marah, jemaat Tuhan, ini Sungguh sangat
sulit namun jika kita mau terus mencoba dan berlatih maka kita akan bisa
melakukan perkataan Yesus.” Sama seperti kehidupan manusia lainnya, latihan menjadi
kunci keberhasilan. Atlet yang ingin sukses meraih medali emas atau memecahkan
rekor dunia harus berlatih keras. Musisi yang handal lahir melalui latihan
keras yang dijalaninya”. Demikian juga halnya dengan kehidupan rohani. Latihan
rohani yang terus menerus membawa seseorang ke tingkat spiritualitas atau
tingkat kerohanian yang lebih dalam. Itu karena ia terus membagi waktu untuk
membaca dan merenungkan Firman Tuhan itu, sehingga ia dapat melakukannya.
Saudara –saudari, salah seorang tokoh terbesar “Hindu yang berasal dari India,
Mahatma Gandhi, dia merupakan seorang tokoh yang turut menyebarkan agama hindu, beberapa waktu sebelum ia
meninggal, ia sempat di panggil untuk memberikan ceramah di sebuah universitas
nomor satu di Amerika, setelah selesai ceramah, ia di tanya oleh seorang
mahasiswa, ia bertanya “ Bapak Gandhi, kenapa hampir seluruh ajaran anda, anda
memakai khotbah di bukit sebagai dasar ajaran anda, dan kenapa anda tidak
menjadi Kristen saja???...... ia langsung terdiam sesaat.... lalu ia kembali
melihat mahasiswa itu dan berkata...”untuk menjadi pengikut Kristus...saya
tidak perlu menjadi Kristen.... saudara
kenapa dia berkata seperti itu, memang dia adalah pengikut Kristus,
namun ia kecewa dengan orang – orang Kristen Inggris yang menjajah pada saat
itu di India, dia tidak di ijinkan masuk ke gereja hanya karena ia miskin dan
kulitnya beda, sejak itu ia benci dengan orang Kristen, Saudaraku kita memang
berkata bahwa kita adalah orang Kristen, tapi pertanyaannya adalah hidup kita
sudahkah sesuai dengan kata Kristen itu, kata Kristen itu berarti pengikut
Kristus, di dalam ayat yang sebelumnya berkata ayat 21. “ Bukan setiap orang
yang berseru kepada-Ku, Tuhan, Tuhan! Akan masuk ke dalam kerajaan Sorga,
melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga!
Penutup
Jemaat yang terkasih dalam Tuhan
kita Yesus Kristus, marilah kita bersama mengambil komitmen. Tidak boleh ada
fondasi apapun yang menjadi dasar bangunan rohani kita selain Yesus dan
firman-Nya. Mungkin selama ini kita hidup dengan mengandalkan
perkataan-perkataan bijak orang dunia, pengalaman orang lain bahkan kekuatan
diri kita sendiri. Berhenti bersandar pada semuanya itu. Bacalah firman Tuhan
setiap saat, setiap waktu. Dan lakukanlah firman Tuhan itu dalam kehidupan kita.
Maka ketika badai sebesar apapun datang menerpa kita, kita akan tetap kokoh
berdiri di hadapan Tuhan dan tetap melayani-Nya. Tuhan Yesus memberkati
Tidak ada komentar:
Posting Komentar