Kamis, 08 Januari 2015

Ini Khotbah saya yang pertama :) Kiranya bermanfaat bagi saudara-saudara.. :)



KHOTBAH
Tema   : Menjadi Pelaku Perkataan Yesus
Teks    : Matius 7 : 24-27

Pendahuluan
            Syalom jemaat yang terkasih dalam Tuhan kita Yesus Kristus, sebelum membahas perenungan kita pada hari ini, saya ingin bertanya kepada kita semua; sudah berapahkalikah kita telah mendengar firman Tuhan? Mungkin ada yang seribu kali, seratus kali, atau sepuluh kali? Saya tidak tahu berapa kalikah kita telah mendengar firman Tuhan yang telah disampaikan setiap minggunya bagi kita semua, dari kecil bahkan sampai kita dewasa. Tapi menurut saya itu tidaklah terlalu penting.  Bagi saya yang penting ialah dari sekian banyak khotbah yang telah kita dengar, seberapa banyakkah kita telah melakukan firman Tuhan itu? Inilah pertanyaan untuk perenungan kita.

Isi
Jemaat yang terkasih dalam Tuhan kita Yesus Kristus, fokus pembacaan kita pada hari ini ialah mengenai sebuah perumpamaan yang diberikan oleh Tuhan Yesus pada saat Ia menutup pengajaranNya di sebuah bukit, yang di awali dari pasal 5 sampai kepada pasalnya yang terakhir ini berisikan pengajaran-pengajaran yang praktis bagi kehidupan orang yang percaya kepadaNya. Di dalam perumpamaan ini Tuhan Yesus memberikan gambaran mengenai dua orang yang membangun rumah. Jadi fokus pada bagian ini bukan pada bentuk rumah atau pada tipe rumah yang dibangun atau juga bukan pada megah dan indah-Nya rumah tersebut. Tetapi  dua pribadi yang membangun rumah, oleh karena itu kita akan belajar dari dua karakter atau pribadi dua orang tersebut. Dalam hal membangun sebuah rumah.
Di dalam perumpamaan dijumpai dua karakter pembangun rumah.
-  Pembangun rumah pertama menyadari bahwa penetapan fondasi menentukan masa depan rumah (ayt.24). : Orang itu mendirikan rumahnya di atas batu karena menyadari akan datangnya hujan, banjir dan angin. Oleh karena itu dia membuat keputusan untuk membangun rumah di atas batu merupakan keputusan yang sangat tepat. Karakter pembangun rumah pertama disebut bijaksana karena menyadari masa depan rumah yang dibangunnya ditentukan dari sekarang. Pembangun rumah pertama dikatakan bijaksana karena melihat jauh ke depan dan tidak terbatas pada keadaan masa kini. Mungkin keadaan masa kini aman-aman saja, tidak ada angin, dan juga badai. Namun ia dapat melihat bukan keadaan masa kini saja, tetapi masa depan yang belum terlihat olehnya. Dan terbukti kebijaksanaannya terlihat saat rumah yang dibangunnya mampu mengantisipasi datangnya berbagai bencana yang akan melanda rumahnya. Hal-hal yang akan menghancurkan rumah sudah diperhitungkan sejak awal ia membangun rumah. Fondasi rumah yang dipilih sekarang menentukan akhir sejarah rumah yang dibangun. Fondasi rumah yang kokoh mampu memberi respons tepat ketika datang hujan dan badai. Rumah mampu bertahan menghadapi hujan, banjir dan angin dan berdiri teguh karena fondasi yang kuat mampu mendukung beban berat yang ditimbulkannya. Inilah alasan mengapa pembangun pertama memilih fondasi batu untuk dasar rumahnya. Artinya ialah karakter bijaksana membangun rumahnya di atas fondasi batu untuk mengantisipasi datangnya krisis.
- Berbeda dengan karakter pertama, karakter kedua membangun rumahnya di atas pasir (ayt. 26).
Pembangun rumah kedua tidak merasa perlu membangun rumah di atas batu karena tidak merasa perlu memperhitungkan adanya bencana. Penglihatannya terbatas pada masa pembangunan rumah saja. Ia tidak melihat perlunya persiapan menghadapi bencana. Datangnya hujan, badai dan angin tidak diantisipasi dari awal. Ia tidak merasa perlu melakukan persiapan menghadapi krisis yang akan terjadi di kemudian hari. Oleh karena itu ia tidak memilih fondasi batu tetapi fondasi pasir sebagai dasar bagi bangunan rumahnya. Memang benar ketika suasana biasa-biasa saja rumah itu teguh berdiri seperti rumah yang pertama, namun hal itu akan teruji ketika bencana menerpa rumah tersebut. Karakter kedua membangun rumah diatas fondasi pasir yang jika diketahui merupakan  fondasi yang sangat lemah dan akan menghancurkan rumah saat diterpa hujan, badai dan angin. Inilah mengapa karakter kedua disebut bodoh. Ia bodoh  karena memilih pasir sebagai fondasi rumahnya. Tanpa hujan, badai dan angin kedua rumah tegak berdiri sama, namun ketika angin dan badai datang, rumah tersebut hancur berantakan karena tidak memiliki fondasi yang kuat untuk mempertahankan rumahnya. Oleh karena itu Karakter kedua disebut bodoh karena ia menutup mata terhadap datangnya krisis di masa depan. Ia tidak mengantisipasi datangnya masa depan dengan baik.
Relevansi
Jemaat Tuhan, kita dapat melihat 2 karakter dalam perumpamaan pembangun rumah yang disebut orang bijaksana atau orang bodoh karena perbedaan melihat masa depan. Orang yang bijaksana membangun di atas batu, sedang yang bodoh membangun diatas pasir. Perbedaan dasar keduanya baru terungkap ketika bencana melanda masing-masing rumah yang dibangun. Di samping perbedaan antara karakter bodoh dan bijaksana, persamaan keduanya juga terlihat. Mereka sama-sama membangun rumah. Nampaknya kualitas bangunan keduanya tidak berbeda. Kedua rumah berdiri tegak sampai hujan, badai dan angin datang menerpa kedua rumah. Rumah orang bodoh hancur disebabkan fondasinya. Rumah orang bijaksana tetap teguh. Bijaksana karena memperhitungkan adanya bencana di masa depan. Bijaksana karena mempersiapkan diri menghadapi bencana dan bodoh karena mengabaikan kemungkinan adanya bencana.
 Kira-kira jika saya bertanya kepada setiap kita, karakter manakah yang saudara pilih, atau karakter manakah yang kita miliki, tentu dari beberapa kita ada yang ahli bangunan, sehingga ia pasti tahu karakter mana yang benar. Jemaat yang terkasih, mengikut Tuhan bukanlah sesuatu yang mudah, barang siapa yang mau mengikut Aku ia harus memikul salibku.... Tuhan tidak menjanjikan sukacita di dunia ini, tetapi ia memberikan anda dan saya hadiah yang begitu mulia, yaitu salib. Setiap orang yang mau memikul salib ialah mereka yang mau melakukan firman itu di dalam hidupnya sehari-hari. Baik pada saat kita bekerja dan berusaha, lakukanlah firman itu..jangan sampai kesibukan kita, baik itu ke ladang, bertani, atau kegiatan lainnya membuat kita lupa dengan firman Tuhan, maka jelas jika kita sampai lupa Tuhan, yang kita kerjakan ialah untuk kepuasan diri kita sendiri dan keinginan yang lain, yaitu harta yang menguasai kita. Jemaat yang terkasih  mendengarkan khotbah Yesus menuntut suatu jawaban dalam bentuk tindakan nyata. Khotbah Yesus bukan untuk didengar saja, tetapi terutama untuk dilakukan dalam kehidupan di dunia. Perkataan Yesus yang didengar harus diterjemahkan ke dalam bentuk perbuatan sehari-hari. .Ini juga respons yang diharapkan muncul dalam hidup murid Yesus dan orang-orang yang mengikutNya setelah mendengar khotbah-Nya. Hanya dengan melakukan perkataan Yesus seorang murid dapat mengarungi bahtera kehidupan dengan selamat dan bahagia karena memiliki fondasi yang kuat. Perkataan Yesus harus  diubah menjadi perbuatan, inilah fondasi utamanya. Perubahan  perkataan menjadi perbuatan bagaikan perahu yang membawa murid Yesus melintasi ganasnya gelombang samudera kehidupan raya menuju pelabuhan kehidupan yang berhasil dan sukacita. Jika perkataan tidak diubah menjadi perbuatan, maka manusia akan tenggelam dihempas badai topan kehidupan. Perumpamaan pembangun rumah pada akhir Khotbah Yesus di bukit memberikan kita pesan bahwa pelaku perkataan Yesus akan bertahan menghadapi gelombang kehidupan dalam perjalanannya mengikut Yesus karena ia berdiri pada pondasi yang teguh. Ia teguh berdiri karena tempatnya berpijak tidak lain adalah hidup yang melakukan perkataan Yesus.
 Tentunya hal ini tidak mudah, bagaimana kita bisa melakukan perkataan Yesus, sungguh sulit bukan, apakah saya dapat memaafkan dia, apakah saya harus jujur kepadanya, apakah saya tidak boleh mendendam, apakah saya tidak boleh marah, jemaat Tuhan, ini Sungguh sangat sulit namun jika kita mau terus mencoba dan berlatih maka kita akan bisa melakukan perkataan Yesus.” Sama seperti kehidupan manusia lainnya, latihan menjadi kunci keberhasilan. Atlet yang ingin sukses meraih medali emas atau memecahkan rekor dunia harus berlatih keras. Musisi yang handal lahir melalui latihan keras yang dijalaninya”. Demikian juga halnya dengan kehidupan rohani. Latihan rohani yang terus menerus membawa seseorang ke tingkat spiritualitas atau tingkat kerohanian yang lebih dalam. Itu karena ia terus membagi waktu untuk membaca dan merenungkan Firman Tuhan itu, sehingga ia dapat melakukannya. Saudara –saudari, salah seorang tokoh terbesar “Hindu yang berasal dari India, Mahatma Gandhi, dia merupakan seorang tokoh yang turut menyebarkan  agama hindu, beberapa waktu sebelum ia meninggal, ia sempat di panggil untuk memberikan ceramah di sebuah universitas nomor satu di Amerika, setelah selesai ceramah, ia di tanya oleh seorang mahasiswa, ia bertanya “ Bapak Gandhi, kenapa hampir seluruh ajaran anda, anda memakai khotbah di bukit sebagai dasar ajaran anda, dan kenapa anda tidak menjadi Kristen saja???...... ia langsung terdiam sesaat.... lalu ia kembali melihat mahasiswa itu dan berkata...”untuk menjadi pengikut Kristus...saya tidak perlu menjadi Kristen.... saudara  kenapa dia berkata seperti itu, memang dia adalah pengikut Kristus, namun ia kecewa dengan orang – orang Kristen Inggris yang menjajah pada saat itu di India, dia tidak di ijinkan masuk ke gereja hanya karena ia miskin dan kulitnya beda, sejak itu ia benci dengan orang Kristen, Saudaraku kita memang berkata bahwa kita adalah orang Kristen, tapi pertanyaannya adalah hidup kita sudahkah sesuai dengan kata Kristen itu, kata Kristen itu berarti pengikut Kristus, di dalam ayat yang sebelumnya berkata ayat 21. “ Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku, Tuhan, Tuhan! Akan masuk ke dalam kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga!

Penutup
            Jemaat yang terkasih dalam Tuhan kita Yesus Kristus, marilah kita bersama mengambil komitmen. Tidak boleh ada fondasi apapun yang menjadi dasar bangunan rohani kita selain Yesus dan firman-Nya. Mungkin selama ini kita hidup dengan mengandalkan perkataan-perkataan bijak orang dunia, pengalaman orang lain bahkan kekuatan diri kita sendiri. Berhenti bersandar pada semuanya itu. Bacalah firman Tuhan setiap saat, setiap waktu. Dan lakukanlah firman Tuhan itu dalam kehidupan kita. Maka ketika badai sebesar apapun datang menerpa kita, kita akan tetap kokoh berdiri di hadapan Tuhan dan tetap melayani-Nya. Tuhan Yesus memberkati

Tidak ada komentar:

Posting Komentar